Menurut
ajaran islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Terjadinya kegagalan pada model
pembangunan pada masa lalu, menyadarkan akan perlunya reorientasi baru dalam
pembangunan, yaitu pendekatan pembangunan yang memperhatikan lingkungan dan pembangunan
yang berwajah manusiawi. Pendekatan tersebut menempatkan manusia sebagai factor
kunci yang memainkan peran penting dalam segala segi. Proses pembangunan
hendaknya sebagai suatu proses yang populis, konsentrasi pembangunan lebih pada
ekonomi kerakyatan, dengan mengedepankan fasilitas pembangunan pada usaha
rakyat kecil.
Bertolak dari model pembangunan yang
Humanize tersebut maka dibutuhkan program-program pembangunan yang memberikan
prioritas pada upaya memberdayakan masyarakat. Dalam konteks Good Governance
ada tiga pilar yang harus menopang jalannya proses pembangunan, yaitu
masyarakat sipil, pemerintah dan swasta. Oleh karena itu SDM/ masyarakat
menjadi pilar utama yang harus diberdayakan sejak awal.
Dalam pembangunan perekonomian
rakyat untuk memberdayakan rakyat hendaklah disertai transformasi secara
seimbang, baik itu transformasi ekonomi, social, budaya maupun politik.
Sehingga akan terjadi keseimbangan antara kekuatan ekonomi, budaya, social dan
budaya.
Dengan adanya pemberdayaan,
masyarakat dapat menjalankan pembangunan dengan diberikan hak untuk mengelola
sumber daya yang ada. Masyarakat miskin diberikan kesempatan untuk merencanakan
dan melaksanakan pogram pembangunan yang telah mereka tentukan. Dengan demikian
masyarakat diberi kekuasaan untuk mengelola dana sendiri, baik yang berasal dai
pemerintah maupun pihak lain.
Menurut Winarni dalam Sulistiyani
(2004:79), inti dari pemberdayaan ada tiga hal, yaitu pengembangan (enabling),
memperkuat potensi atau daya (empowering), dan terciptanya kemandirian.
Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Setiap masyarakat pasti
memiliki daya, akan tetapi masyarakat tidak menyadari, atau bahkan belum
diketahui. Oleh karena itu, daya harus digali, dan kemudian dikembangkan.
Pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship)
di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh
dunia pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah. Banyak praktisi pendidikan
yang kurang memperhatikan aspek-aspek penumbuhan mental, sikap, dan prilaku
kewirausahaan peserta didik, baik di sekolah kejuruan maupun professional
sekalipun. Orientasi mereka, pada umumnya, hanya pada upaya-upaya menyiapkan
tenaga kerja yang siap pakai. Sementara itu, dalam masyarakat sendiri telah
berkembang lama kultur feodal (priyayi) yang diwariskan oleh penjajahan
Belanda. Sebagian besar anggota masyarakat memiliki persepsi dan harapan bahwa output
dari lembaga pendidikan dapat menjadi pekerja (karyawan, administrator atau
pegawai) oleh karena dalam pandangan mereka bahwa pekerja (terutama pegawai
negeri) adalah priyayi yang memiliki status sosial cukup tinggi dan disegani
oleh masyarakat.
Akan tetapi, melihat kondisi
objektif yang ada, persepsi dan orientasi di atas musti diubah karena sudah
tidak lagi sesuai dengan perubahan maupun tuntutan kehidupan yang berkembang
sedemikian kompetitif. Pola berpikir dan orientasi hidup kepada pengembangan
kewirausahaan merupakan suatu yang mutlak untuk mulai dibangun, paling tidak
dengan melihat realitas sebagai berikut:
1.
Senantiasa
terjadi ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah angkatan kerja setiap tahun
jika dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja yang ada. Tentu saja
kondisi seperti ini akan mengakibatkan persaingan yang semakin ketat dalam
upaya mendapatkan pekerjaan. Sementara hidup ini tetap harus berjalan
dan penghasilan tetap harus dicari untuk menutup berbagai kebutuhan hidup yang
kian mahal.
2.
Yang
dibutuhkan dalam menghadapi tantangan di era global ini adalah manusia mandiri
(independent) yang memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif,
mampu membangun kemitraan sehingga tidak menggantungkan pada orang lain.
Menurut Samuel Hutington, di sini hukum insani berlaku, bahwa yang mampu
bertahan adalah mereka yang berkualitas (bukan yang kuat).
3.
Posisi
pekerja, karyawan, dan pegawai (pada umumnya di negara berkembang) sering
berada pada posisi yang lemah dan ditempatkan sebagai alat produksi
(subordinasi) sehingga tidak memiliki daya tawar yang seimbang. Bekerja sebagai
karyawan/pegawai dapat mencerminkan jiwa pemalas. Sebaliknya, ia malah tidak
dapat mengembangkan ide dan visi selama ia bekerja untuk orang lain.
Berdasarkan asumsi tersebut maka
pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta
berupaya untuk mengembangkannya dengan dilandasi proses kemandirian.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas, maka
masalah-masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, yaitu:
1.
Apakah
yang di maksud dengan pengelolaan dan kewirausahaan?
2.
Bagaimanakah
ciri dan watak dalam kewirausahaan?
3.
Bagaimanakah
tahap-tahap dan proese dalam kewirausahaan?
4.
Bagaimanakah
faktor-faktor motivasi dalam berwirausaha?
5.
Bagaimakah
kegiatan kewirausahaan menurut pandangan Islam?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang
tersebut di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.
Untuk
menjelaskan pengertian pengelolaan dan kewirausahaan.
2.
Untuk
mengidentifikasikan ciri dan watak dalam kewirausahaan.
3.
Untuk
menjelaskan dan mengidentifikasikan tahap-tahap dan proses dalam berwirausaha.
4.
Untuk
mengidentifikasikan faktor-faktor motivasi dalam berwirausaha.
5.
Untuk
menjelaskan dan mengidentifikasi kegiatan kewirausahaan menurut pandangan Islam.
D. Manfaat
Penulisan
Bagi Pribadi
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan
akan ciri dan watak berwirausaha. Selain itu juga, wawasan akan berwirausaha
menurut pandangan Islam semakin jelas dan dapat meningkatkan motivasi dalam
berwirausaha.
Bagi Masyarakat
Pembaca
a)
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan akan kewirausahaan beserta
proses-prosesnya.
b)
Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi untuk mulai dan terus berwirausaha.
c)
Meningkatkan pengetahuan akan kewirausahaan menurut pnadangan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan dan
Kewirausahaan
1. Pengertian
Pengelolaan
Pengelolaan = manajemen (D. Sudjana)
- Manajemen adalah suatu proses
yang khusus yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya (G.R. Terry).
- Manajemen merupakan serangkaian
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan
mengembangkan terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan
sumberdaya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.(Stoner, 1981)
- Proses yang sistematis,
terkoordinasi, koperatif dan terintegrasi.
- Mempunyai tujuan.
- Memanfaatkan dan Mendayagunakan
sumber-sumber.
- Menerapkan fungsi-fungsi
manajemen (merencanakan, mengorganisir, menggerakkan mengarahkan, dan
mengendalikan).
2. Pengertian
Kewirausahaan
Kewirausahaan pertama kali muncul
pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin
pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi
melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa
berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa
berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha,
tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
(Kasmir, 2007 : 18).
Pengertian kewirausahaan relatif
berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau
penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi
baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter,
1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian
(Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say,
1803). Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
- Richard Cantillon (1775)
Kewirausahaan didefinisikan sebagai
bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini
pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga
tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang
menghadapi resiko atau ketidakpastian
- Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen
yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari
produksinya.
- Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk
memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan
wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang
worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar
seperti pengarahan dan pengawasan
- Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator
yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1)
memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda
produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh sumber
pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi
baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep
inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan
kombinasi sumber daya.
- Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup
indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan
manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
- Harvey Leibenstein (1968, 1979)
Kewirausahaan mencakup
kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi
dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
- Israel Kirzner (1979)
Wirausahawan mengenali dan bertindak
terhadap peluang pasar.
- Entrepreneurship Center at
Miami University of Ohio
Kewirausahaan sebagai proses
mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut
bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan
sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang
dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Salah satu kesimpulan yang bisa
ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang
sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar.
Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau
kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan
menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan
tindakan yang kreatif dan innovatif.
Wirausahawan adalah orang yang
merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya
menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan
perubahan, inovasi dan cara-cara baru.
Selain itu, seorang wirausahawan
menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada
operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang
individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah
organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan
fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau
kondisional.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan
adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha
dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang
menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
B. Ciri dan
Watak dalam Kewirausahaan
1.
Ciri-ciri
Kewirausahaan
- Percaya diri.
- Berorientasi pada tugas dan
hasil.
- Pengambilan resiko.
- Kepemimpinan.
- Keorisinilan.
- Berorientasi ke masa depan.
2. Watak
Kewirausahaan
- Keyakinan, ketidaktergantungan,
individualistis, dan optimisme.
- Kebutuhan untuk berprestasi,
berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai
dorongan kuat, energetik dan inisiatif
- Kemampuan untuk mengambil
resiko yang wajar dan suka tantangan
- Perilaku sebagai pemimpin,
bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik
- Inovatif dan kreatif serta
fleksibel.
- Pandanga ke depan, perspektif.
(Sumber : dari Meredith, et.a.,
dalam Suryana, 2001 :
Dalam konteks bisnis, seorang
entrepreneur membuka usaha baru (new ventures) yang menyebabkan munculnya
produk baru arau ide tentang penyelenggaraan jasa-jasa. Karakteristik tipikal
entrepreneur (Schermerhorn Jr, 1999) :
1.
Lokus
pengendalian internal
2.
Tingkat
energi tinggi
3.
Kebutuhan
tinggi akan prestasi
4.
Toleransi
terhadap ambiguitas
C. Tahap-tahap
dan Proses dalam Kewirausahaan
1. Tahap-tahap
Kewirausahaan
1.
Kepercayaan
diri
2.
Berorientasi
pada action.
Secara umum tahap-tahap melakukan
wirausaha:
a)
Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang
usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau
melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di
bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.
b)
Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap “jalan”, tahap ini seorang
wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup
aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang
meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan
melakukan evaluasi.
c)
Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah
dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti
sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
d)
Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif
atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi
salah satu pilihan yang mungkin diambil.
2. Proses
Kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip
oleh Bygrave (1996 : 3), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi.
Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari
pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi,
kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control,
kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian
berkembangan menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian
dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control,
toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal
dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan
peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembangan menajdi kewirausahaan melalui
proses yang dipengrauhi lingkungan, organisasi dan keluarga (Suryana, 2001 :
34). Secara ringkas, model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut
(Alma, 2007 : 10 – 12) :
a)
proses inovasi
b)
proses pemicu
c)
proses pelaksanaan
d)
proses pertumbuhan
Berdasarkan analisis pustaka terkait
kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
melakukan wirausaha adalah :
a)
mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah
dilakukan,
b)
pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana,
c) SDM
: tenaga kerja yang dipergunakan,
d)
kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha,
e)
organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki,
f)
kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial
(POAC),
g)
Pemasaran : lokasi dan tempat usaha.
D.
Faktor-faktor Motivasi Dalam Berwirausaha
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil
(Kasmir, 27 – 28) :
1.
Memiliki
visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan
arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh
pengusaha tersebut
2.
Inisiatif
dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya
menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang
sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3.
Berorientasi
pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik
daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta
kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha
yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
4.
Berani
mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha
kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
5.
Kerja
keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di
situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu
kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu
mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan
tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
6.
Bertanggungjawab
terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan
datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi
juga moral kepada berbagai pihak.
7.
Komitmen
pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus
ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk
segera ditepati dana direalisasikan.
8.
Mengembangkan
dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan
langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu
dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta
masyarakat luas.
Dari analisis pengalaman di
lapangan, ciri-ciri wirausaha yang pokok untuk dapat berhasil dapat dirangkum
dalam tiga sikap, yaitu :
1.
Jujur,
dalam arti berani untuk mengemukakan kondisi sebenarnya dari usaha yang
dijalankan, dan mau melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan kemampuannya.
Hal ini diperlukan karena dengan sikap tersebut cenderung akan membuat pembeli
mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada pengusaha sehingga mau dengan rela
untuk menjadi pelanggan dalam jangka waktu panjang ke depan.
2.
Mempunyai
tujuan jangka panjang, dalam arti mempunyai gambaran yang jelas mengenai
perkembangan akhir dari usaha yang dilaksanakan. Hal ini untuk dapat memberikan
motivasi yang besar kepada pelaku wirausaha untuk dapat melakukan kerja
walaupun pada saat yang bersamaan hasil yang diharapkan masih juga belum dapat
diperoleh.
3.
Selalu
taat berdoa, yang merupakan penyerahan diri kepada Tuhan untuk meminta apa yang
diinginkan dan menerima apapun hasil yang diperoleh. Dalam bahasa lain, dapat
dikemukakan bahwa ”manusia yang berusaha, tetapi Tuhan-lah yang menentukan !”
dengan demikian berdoa merupakan salah satu terapi bagi pemeliharaan usaha
untuk mencapai cita-cita.
Kompetensi perlu dimiliki oleh
wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini
mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan & Bradstreet business Credit Service
(1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang harus dimiliki, yaitu :
1.
Knowing
your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata
lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.
2.
Knowing
the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis,
misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan,
termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan
membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti
memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan
secara efektif dan efisien.
3.
Having
the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang
dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha,
eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati.
4.
Having
adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk
materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama
dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga,
tempat dan mental.
5.
Managing
finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola keuangan, secara
efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan
mengendalikannya secara akurat.
6.
Managing
time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur,
menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.
7.
Managing
people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan / memotivasi,
dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
8.
Statisfying
customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan kepada
pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan
memuaskan.
9.
Knowing
Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing. Wirausaha harus
dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity),
dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT
sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.
10. Copying with regulation and paper
work, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat.
(Triton, 2007 :137 – 139)
Delapan anak tangga menuju puncak
karir berwirausaha (Alma, 106 – 109), terdiri atas :
1.
Mau
kerja keras (capacity for hard work).
2.
Bekerjasama
dengan orang lain (getting things done with and through people).
3.
Penampilan
yang baik (good appearance).
4.
Yakin
(self confidence).
5.
Pandai
membuat keputusan (making sound decision).
6.
Mau
menambah ilmu pengetahuan (college education).
7.
Ambisi
untuk maju (ambition drive).
8.
Pandai
berkomunikasi (ability to communicate).
E. Kegiatan
Kewirausahaan Menurut Pandangan Islam
Islam memang tidak memberikan
penjelasan secara eksplisit terkait konsep tentang kewirausahaan (entrepreneurship)
ini, namun di antara keduanya mempunyai kaitan yang cukup erat; memiliki ruh
atau jiwa yang sangat dekat, meskipun bahasa teknis yang digunakan berbeda.
Dalam Islam digunakan istilah kerja
keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng. Setidaknya
terdapat beberapa ayat al-Qur’an maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan pesan
tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, seperti; “Amal yang paling
baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringatnya sendiri, ‘amalurrajuli
biyadihi (HR.Abu Dawud)” ;
“Tangan di atas lebih baik dari
tangan di bawah”; “al yad al ‘ulya khairun min al yad al sufla”( HR.Bukhari
dan Muslim)(dengan bahasa yang sangat simbolik ini Nabi mendorong umatnya
untuk kerja keras supaya memiliki kekayaan, sehingga dapat memberikan sesuatu
pada orang lain), atuzzakah. (Q.S. Nisa : 77)
“Manusia harus membayar zakat (Allah
mewajibkan manusia untuk bekerja keras agar kaya dan dapat menjalankan
kewajiban membayar zakat)”.
Dalam sebuah ayat Allah mengatakan,
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan orang-orang yang beriman akan melihat
pekerjaan kamu”(Q.S. at-Taubah : 105). Oleh karena itu, apabila shalat
telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia
(rizki) Allah. (Q.S. al-Jumu’ah : 10)
Bahkan sabda Nabi, “Sesungguhnya
bekerja mencari rizki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardlu”
(HR.Tabrani dan Baihaqi).
Nash ini jelas memberikan isyarat agar
manusia bekerja keras dan hidup mandiri.
Bekerja keras merupakan esensi dari
kewirausahaan. Prinsip kerja keras, menurut Wafiduddin, adalah suatu langkah
nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan (rezeki), tetapi harus melalui
proses yang penuh dengan tantangan (reziko). Dengan kata lain, orang
yang berani melewati resiko akan memperoleh peluang rizki yang besar. Kata
rizki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus reziko (baca; resiko).
Dalam sejarahnya Nabi Muhammad,
istrinya dan sebagian besar sahabatnya adalah para pedagang dan entrepre mancanegara
yang pawai. Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh
karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa mental entrepreneurship
inheren dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama
kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke -13 M,
oleh para pedagang muslim.
Dari aktivitas perdagangan yang
dilakukan, Nabi dan sebagian besar sahabat telah meubah pandangan dunia bahwa
kemuliaan seseorang bukan terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada
jabatan yang tinggi, atau uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan.
Oleh karena itu, Nabi juga bersabda
“Innallaha yuhibbul muhtarif” (sesungguhnya Allah sangat mencintai orang
yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan). Umar Ibnu Khattab mengatakan
sebaliknya bahwa, “Aku benci salah seorang di antara kalian yang tidak mau
bekerja yang menyangkut urusan dunia.
Keberadaan Islam di Indonesia juga
disebarkan oleh para pedagang. Di samping menyebarkan ilmu agama, para
pedagang ini juga mewariskan keahlian berdagang khususnya kepada masyarakat
pesisir. Di wilayah Pantura, misalnya, sebagian besar masyarakatnya memiliki
basis keagamaan yang kuat, kegiatan mengaji dan berbisnis sudah menjadi satu
istilah yang sangat akrab dan menyatu sehingga muncul istilah yang sangat
terkenal jigang (ngaji dan dagang).
Sejarah juga mencatat sejumlah tokoh
Islam terkenal yang juga sebagai pengusaha tangguh, Abdul Ghani Aziz, Agus
Dasaad, Djohan Soetan, Perpatih, Jhohan Soelaiman, Haji Samanhudi, Haji
Syamsuddin, Niti Semito, dan Rahman Tamin.
Apa yang tergambar di atas,
setidaknya dapat menjadi bukti nyata bahwa etos bisnis yang dimiliki oleh umat
Islam sangatlah tinggi, atau dengan kata lain Islam dan berdagang ibarat dua
sisi dari satu keping mata uang. Benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi,
“Hendaklah kamu berdagang karena di dalamnya terdapat 90 persen pintu rizki”
(HR. Ahmad).
Adapun Motif Berwirausaha Dalam
Bidang Perdagangan menurut ajaran agama Islam, yaitu:
1.
Berdagang
buat Cari Untung?
Pekerjaan berdagang adalah sebagian
dari pekerjaan bisnis yang sebagian besar bertujuan untuk mencari laba sehingga
seringkali untuk mencapainya dilakukan hal-hal yang tidak baik. Padahal ini
sangat dilarang dalam agama Islam. Seperti diungkapkan dalam hadis : “ Allah
mengasihi orang yang bermurah hati waktu menjual, waktu membeli, dan waktu
menagih piutang.”
Pekerjaan berdagang masih dianggap
sebagai suatu pekerjaan yang rendahan karena biasanya berdagang dilakukan
dengan penuh trik, penipuan, ketidakjujuran, dll.
2. Berdagang
adalah Hobi
Konsep berdagang adalah hobi banyak
dianut oleh para pedagang dari Cina. Mereka menekuni kegiatan berdagang ini
dengan sebaik-baiknya dengan melakukan berbagai macam terobosan.Yaitu dengan open
display (melakukan pajangan di halaman terbuka untuk menarik minat orang),
window display (melakukan pajangan di depan toko), interior display
(pajangan yang disusun didalam toko), dan close display (pajangan khusus
barang-barang berharga agar tidak dicuri oleh orang yang jahat).
3. Berdagang
Adalah Ibadah
Bagi umat Islam berdagang lebih
kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt. Karena apapun yang kita lakukan harus
memiliki niat untuk beribadah agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini
akan mempermudah jalan kita mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat mengambil
barang dari tempat grosir dan menjual ditempatnya. Dengan demikian masyarakat
yang ada disekitarnya tidak perlu jauh untuk membeli barang yang sama. Sehingga
nantinya akan terbentuk patronage buying motive yaitu suatu motif
berbelanja ketoko tertentu saja.
Berwirausaha memberi peluang kepada
orang lain untuk berbuat baik dengan cara memberikan pelayanan yang cepat, membantu
kemudahan bagi orang yang berbelanja, memberi potongan, dll. Perbuatan baik
akan selalu menenangkan pikiran yang kemudian akan turut membantu kesehatan
jasmani. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam buku The Healing Brain yang
menyatakan bahwa fungsi utama otak bukanlah untuk berfikir, tetapi untuk
mengembaliakn kesehatan tubuh. Vitalitas otak dalam menjaga kesehatan banyak
dipengaruhi oleh frekwensi perbuatan baik. Dan aspek kerja otak yang paling
utama adalah bergaul, bermuamalah, bekerja sama, tolong menolong, dan kegiatan
komunikasi dengan orang lain.
4. Perintah Kerja Keras
Kemauan yang keras dapat
menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Orang akan berhasil
apabila mau bekerja keras, tahan menderita, dan mampu berjuang untuk
memperbaiki nasibnya. Menurut Murphy dan Peck, untuk mencapai sukses dalam
karir seseorang, maka harus dimulai dengan kerja keras. Kemudian diikuti dengan
mencapai tujuan dengan orang lain, penampilan yang baik, keyakinan diri,
membuat keputusan, pendidikan, dorongan ambisi, dan pintar berkomunikasi. Allah
memerintahkan kita untuk tawakkal dan bekerja keras untuk dapat mengubah nasib.
Jadi intinya adalah inisiatif, motivasi, kreatif yang akan menumbuhkan
kreativitas untuk perbaikan hidup. Selain itu kita juga dianjurkan untuk tetap
berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah swt sesibuk apapun kita berusaha
karena Dialah yang menentukan akhir dari setiap usaha.
5. Perdagangan/ Berwirausaha
Pekerjaan Mulia Dalam Islam
Pekerjaan berdagang ini mendapat
tempat terhormat dalam ajaran Islam, seperti disabdakan Rasul :
“ Mata pencarian apakah yang
paling baik, Ya Rasulullah?”Jawab beliau: Ialah seseorang yang bekerja dengan
tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar).
Dalam QS.Al-Baqarah:275 dijelaskan
bahwa Allah swt telah menghalalkan kegiatan jual beli dan mengharamkan riba.
Kegiatan riba ini sangat merugikan karena membuat kegiatan perdagangan tidak
berkembang. Hal ini disebabkan karena uang dan modal hanya berputar pada satu
pihak saja yang akhirnya dapat mengeksploitasi masyarakat yang terdesak
kebutuhan hidup.
v Perilaku
Terpuji dalam Perdagangan/ Berwirausaha
Menurut Imam Ghazali, ada 6 sifat
perilaku yang terpuji dalam perdagangan, yaitu :
1.
Tidak
mengambil laba lebih banyak.
Membayar harga yang sedikit lebih
mahal kepada pedagang yang miskin. Memurahkan harga dan memberi potongan kepada
pembeli yang miskin sehingga akan melipatgandakan pahala. Bila membayar hutang,
maka bayarlah lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan. Membatalkan jual
beli bila pihak pembeli menginginkannya. Bila menjual bahan pangan kepada orang
miskin secara cicilan, maka jangan ditagih apabila orang tersebut tidak mampu
membayarnya dan membebaskan ia dari hutang apabila meninggal dunia.
2. Manajemen Utang Piutang
Hutang ini sudah melekat pada
kehidupan masyarakat kita. Dosa hutang tidak akan hilang apabila tidak
dibayarkan. Bahkan orang yang mati syahidpun dosa utangnya tidak berampun. Jadi
jika seseorang meninggal, maka ahli warisnya wajib melunasi hutang tersebut.
Tapi jika orang tersebut telah berusaha membayarnya, tetapi memang betul-betul
tidak mampu, dan ia kemudian meninggal dunia, maka Rasul saw menjadi
penjaminnya. Seperti dalam hadis berikut :
“ Barang siapa
dari umatku yang punya hutang, kemudian ia berusaha keras untuk membayarnya,
lalu ia meninggal dunia sebelum lunas hutangnya, maka aku sebagai walinya.”
(HR. Ahmad).
3. Demonstration Effect Menyebabkan
Faktor Modal Menjadi Beku
Demonstration Effect atau pamer
kekayaan akan dapat mengundang kecemburuan social, orang lain menjadi iri,
mengundang pencuri/perampok, membuat modal masyarakat menjadi beku dan membuat
masyarakat tidak produktif. Nabi saw menganjurkan agar kita menggunakan uang
untuk kepentingan yang di ridhoi Allah, terutama untuk tujuan pengembangan
produktivitas yang digunakan untuk kepentingan umat. Dalam sebuah hadist
disebutkan :
“ Barang siapa
mengurus anak yatim yang mempunyai harta, maka hendaklah ia memperdagangkan
harta ini untuknya, jangan biarkan harta itu habis termakan sedekah (zakat).”
(HR. At-Tarmidzi dan Ad-Daruquthni).
Dalam hadist tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila kita memiliki modal, maka janganlah disimpan begitu
saja, tetapi harus digunakan untuk sesuatu yang menghasilkan.
4. Membina Tenaga Kerja Bawahan
Hubungan antara pengusaha dan
pekerja harus dilandasi oleh rasa kasih sayang, saling membutuhkan, dan tolong
menolong. Hal ini dapat dilihat dari hubungan dalam bidang pekerjaan. Pengusaha
menyadiakan lapangan kerja dan pekerja menerima rezeki berupa upah dari
pengusaha. Pekerja menyediakan tenaga dan kemampuannya untuk membantu pengusaha
untuk menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan. Majikan mempunyai hak untuk
memerintah bawahan dan mendapat keuntungan. Majikan juga mnemiliki
kewajiban yaitu membayar upah karyawan sesegera mungkin dan melindungi
karyawannya. Seperi dalam hadist berikut :
“ Berikanlah
kepada karyawanmu upahnya sebelum kering keringatnya.” (HR. Ibnu Majah)
Sebagai majikan kita juga harus
menyayangi dan memperlakukan bawahan dengan baik karena itu bertentangan dengan
ajaran islam.
v
Sifat-Sifat Seorang Wirausaha
Sifat yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha yang sesuai dengan ajaran agama Islam adalah :
1.
Sifat
Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur
Sifat ini harus dimiliki oleh
wirausahawan karena dengan sifat-sifat itu kita akan diberi kemudahan dalam
menjalankan setiap usaha yang kita lakukan. Dengan adanya sifat takwa maka kita
akan diberi jalan keluar penyelesaian dari suatu masalah dan mendapat rizki
yang tidak disangka. Dengan sikap tawakkal, kita akan mengalami kemudahan dalam
menjalankan usaha walaupun usaha yang kita jalani memiliki banyak saingan.
Dengan bertakwa dan bertawakkal maka kita akan senantiasa berzikir untuk
mengingat Allah dan bersyukur sebagai ungkapan terima kasih atas segala
kemudahan yang kita terima. Dengan begitu, maka kita akan merasakan tenang dan
melaksanakan segala usaha dengan kepala dingin dan tidak stress.
2. Jujur
Dalam suatu hadist diriwayatkan
bahwa :”Kejujuran akan membawa ketenangan dan ketidakjujuran akan
menimbulkan keragu-raguan.”(HR. Tirmidzi). Jujur dalam segala kegiatan yang
berhubungan dengan orang lain maka akan membuat tenang lahir dan batin.
3. Niat Suci dan Ibadah
Bagi seorang muslim kegiatan bisnis
senantiasa diniatkan untuk beribadah kepada Allah sehingga hasil yang didapat
nanti juga akan digunakan untuk kepentingan dijalan Allah.
4. Azzam dan bangun Lebih Pagi
Rasul saw mengajarkan agar kita
berusaha mencari rezeki mulai pagi hari setelah shalat subuh. Dalam sebuah
hadist disebutkan bahwa :” Hai anakku, bangunlah!sambutlah rizki dari
Rabb-mu dan janganlah kamu tergolong orang yang lalai, karena sesungguhnya
Allah membagikan rizki manusia antara terbitnya fajar sampai menjelang
terbitnya matahari.”(HR. Baihaqi)
5. Toleransi
Sikap toleransi diperlukan dalam
bisnis sehingga kita dapat menjadi pribadi bisnis yang mudah bergaul, supel,
fleksibel, toleransi terhadap langganan dan tidak kaku.
6. Berzakat dan Berinfak
“ Tidaklah
harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan Allah tidak akan akan
menambahkan orang yang suka memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah
seorang yang suka merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan
meninggikan derajatnya.”(HR. Muslim). Dalam hadist tersebut telah diungkapkan bahwa dengan
berzakat dan berinfak maka kita tidak akan miskin, melainkan Allah akan melipat
gandakan rizki kita. Dengan berzakat, hal itu juga akan membersihkan harta kita
sehingga harta yang kita peroleh memang benar-benar harta yang halal.
7. Silaturahmi
Dalam usaha, adanya seorang partner
sangat dibutuhkan demi lancarnya usaha yang kita lakukan. Silaturrahmi ini
dapat mempererat ikatan kekeluargaan dan memberikan peluang-peluang bisnis
baru. Pentingnya silaturahmi ini juga dapat dilihat dari hadist berikut :”Siapa
yang ingin murah rizkinya dan panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat
hubungan silaturahmi.”(HR. Bukhari)
BAB III
PENUTUP
Dari uraian di atas dapat diambil
beberapa simpulan sebagai berikut.
1.
Dengan
melihat realita secara jujur dan objektif, maka orang sadar bahwa menumbuhkan
mental wirausaha merupakan terobosan yang penting dan tidak dapat ditunda-tunda
lagi. Kita semua harus berpikir untuk melihat dan melangkah ke arah sana.
2.
Dalam
Islam, baik dari segi konsep maupun praktik, aktivitas kewirausahaan bukanlah
hal yang asing, justru inilah yang sering dipraktikkan oleh Nabi, istrinya,
para sahabat, dan juga para ulama di tanah air. Islam bukan hanya bicara
tentang entrepreneurship (meskipun dengan istilah kerja mandiri dan kerja
keras), tetapi langsung mempraktikkannya dalam kehidupan nyata.
3.
Lembaga
pendidikan melalui para praktisinya harus lebih konkret dalam menyiapkan
program kegiatan pembelajaran yang benar-benar dapat mendorong tumbuh dan
berkembangnya spirit kewirausahaan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar